Selasa, 12 November 2013

Farmakologi

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Farmakologi ini.
Dalam penyusunan tugas, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan hasil modul ini tidak lain berkat bantuan dari dosen pembimbing, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah memberi tugas, petunjuk kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
Semoga hasil modul ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran, bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Amin.





Bantul, November 2013
Penulis









Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................ і
Daftar Isi........................................................................................................ іі
BAB I  PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................... 1
BAB II  HORMON PROGESTERON, ESTROGEN DAN ANDROGEN
A.   Pengertian................................................................................ 3
B.   Fungsi Hormon......................................................................... 4
C.   Mekanisme Kerja Hormon...................................................... 8
D.   Indikasi dan Kontra Indikasi.................................................... 9
E.   Tanya Jawab............................................................................ 12
BAB III  OBAT IMUNOLOGI......................................................................... 15
A.     Pengertian............................................................................... 15
B.     Imunisasi Aktif......................................................................... 15
C.    Imunisasi Pasif........................................................................ 15
D.    Jenis-jenis Vaksin................................................................... 15
E.     Immunosupresiva.................................................................... 21
F.     Tanya Jawab........................................................................... 28
BAB IV  IMUNISASI ALA ELISABETH I’IN TANIA.................................... 31
A.     Pendapat................................................................................. 31
B.     Tujuan....................................................................................... 31
C.    Fakta dan Pendapat Imunisasi.............................................. 31
BAB V  PENUTUP....................................................................................... 35
A.     Kesimpulan.............................................................................. 35
B.     Daftar Pustaka........................................................................ 38
C.    Biografi..................................................................................... 39


 BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000/tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi dikhawatirkan hasil pembangunan tidak berarti.
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerapkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada zero population growth (pertumbuhan seimbang).

B.   Rumusan Masalah
1.    Apa saja informasi tentang definisi, fungsi, mekasisme kerja, indikasi, dan kontra indikasi hormon esterogen, progesteron, dan androgen.
2.    Apa saja informasi tentang imunologi yang mencakup imunisai aktif dan pasif, jenis vaksin, dan immunosupresiva atau imunosupresi.
C.   Tujuan
1.    Tujuan Umum
Makalah ini dibuat sebagai bahan pelajaran dan sumber informasi yang bisa di gunakan oleh semua orang dan bisa mengidentifikasi tentang hormon esterogen, progesteron, dan androgen serta obat imunologi. Supaya kita sebagai pelajar maupun kaum umum,bisa lebih mengerti betapa pentingnya hormone-hormon yang ada di tubuh kita sendiri.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengetahui definisi hormon estrogen, progesteron, dan androgen.
b.    Mengetahui fungsi dari  hormon estrogen,  progsteron, dan adrogen.
c.    Mengetahui mekanisme kerja hormon estrogen,  progesteron, dan Androgen  dalam tubuh.
d.    Mengetahui indikasi dan kontraindikasi hormon estrogen, progesteron dan adrogen.
e.    Mengetahui definisi dari immunologi, imunisasi aktif dan pasif.
f.     Mengetahui jenis-jenis vaksin.
g.    Mengetahui Immunosupresiva atau Imunosupresi.
h.    Mengetahui fakta imunisasi menurut agama















BAB II
HORMON PROGESTERON, ESTEROGEN DAN ANDOGREN
A.   Pengertian
Hormon Progresteron adalah salah satu hormon yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior  yang bertugas untuk mengatur fungsi  kewanitaan. Diantaranya adalah untuk mengatur siklus menstruasi dan persiapan rahim guna menerima sel  sperma untuk melakukan pembuahan. Progesteron tergolong kelompok hormon progestogen dan merupakan hormon progestogen yang banyak terdapat secara alami.
Hormon estrogen adalah hormon steroid seks dengan 18 atom C dan dibentuk terutama dari 17-ketosteroid androstenedion. (Sarwono Prawirohardjo, ilmu kandungan).
Hormon estrogen adalah hormon seks yang diproduksi oleh rahim untuk merangsang pertumbuhan organ seks, seperti; payudara dan rambut pubik; mengatur siklus menstruasi.
Hormon Estrogen merupakan hormon steroid kelamin karena memiliki struktur kimia berintikan steroid dan secara fisiologik sebagian besar diproduksi oleh kelenjar endokrin sistem reproduksi. Hormon ini dihasilkan oleh Folikel Graaf. Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH.
Hormon Androgen, hormon androgenik atau testoid, adalah istilah generik untuk senyawa alami atau sintetis. Androgen adalah hormon steroid yang merangsang atau mengontrol perkembangan dan pemeliharaan karakteristik laki-laki vertebrata dengan mengikat reseptor androgen yang juga merupakan pendukung aktivitas organ seks pria dan pertumbuhan karakteristik seks sekunder laki-laki.
Androgen pertama kali ditemukan pada tahun 1936. Androgen juga merupakan steroid anabolik asli serta pendahulu dari semua estrogen hormon seks perempuan. Androgen yang utama dan paling terkenal adalah testosteron, androgen lain yang kurang penting adalah dihidrotestosteron dan androstenedione.

B.   Fungsi Hormon Progesteron, Esterogen dan Androgen
1.  Fungsi Hormon Progesteron
a.  Siklus haid
1)  Mengatur siklus menstruasi bersama dengan hormon estrogen dengan melalui feedback mekanisme terhadap FSH dan LH. Sekresi secara bergantian hormon-hormon ini menentukan siklus menstruasi.
2)  Mempertebal dinding endometrium untuk persiapan proses implantasi jika terjadi fertilisasi antara ovum dan sperma.
b.   Masa kehamilan
1)  Ketersediaan progesteron dalam jumlah yang cukup pada masa awal kehamilan sangat penting peranannya, terutama dalam menghambat kontaraksi uterus. Hal ini dibutuhkan sehubungan dengan usaha untuk mempertahankan janin muda yang baru berimplantasi di uterus agar tidak terjadi kelahiran premature atau keguguran.
2)  Menurunkan gairah seksual selama kehamilan trimester I. Fungsi ini dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi janin  karena keadaan janin yang masih rentan terhadap benturan.
3)  Membantu mempersiapkan payudara untuk proses laktasi.
4)  Meningkatkan suhu tubuh dan respitasi rate, sebagai bentuk penyesuaian terhadap masa awal kehamilan.
5)  Mengentalkan secret vagina, sebagai proteksi tambahan terhadap kemungkinan infeksi.
c.   Efek progesteron pada uterus.
Fungsi dari progesteron yang paling penting adalah : Menurunkan frekuensi dan intensitas dari kontraksi  uterus, dengan demikian dapat membantu untuk mencegah ekspulsi dari hasil implantasi ovum.
Progesteron juga meningkatkan sekresi pada lapisan mukosa pada tuba fallopi. Sekresi ini  adalah kebutuhan untuk nutrisi dari hasil fertilisasi, mempersiapkan tuba fallopi sebelum implantasi. Menghambat produksi LH agar korpus luteum mengalami degenerasi saat tidak terjadi fertilisasi.
d.  Terapi
1)   Penyakit
a)    Trauma kepala berat
    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dr. David Wright dari Associate professor of emergency medicine university of Emory Atlanta, progesteron memiliki kemampuan untuk meningkatkan perkembangan normal neuron otak serta memiliki efek protektif terhadap jaringan otak yang rusak. Sehingga progesteron dapat menurunkan resiko kematian pada pasien trauma kepala. Hal ini memungkinkan progeteron menjadi terapi lini pertama pada kasus trauma kepala.
b)    Membantu proses penyembuhan
    Progesteron mampu membantu proses penyembuhan terutama pada penderita Multiple Sclerosis. Progesteron bekerja dengan mengatur fungsi kolagen saraf dan serabut myelin.
c)    Mampu menurunkan resiko terjadinya kanker rahim dan payudara.
    Saat masa laktasi, kadar hormon progesteron dalam tubuh meningkat, oleh karena itu wanita yang menyusui selama paling sedikit 6 bulan berturut–turut serta wanita yang telah hamil beberapa kali, akan mengurangi resiko terkena kanker payudara. Sedangkan pada rahim, progesteron bekerja mencegah terjadinya kanker rahim dengan mengatur efek paparan esterogen dalam rahim.
2)  Reproduksi
          Selain memiliki fungsi seperti yang telah dipaparkan diatas progesteron juga dapat digunakan sebagai salah satu pilihan dalam penggunaan kontrasepsi, terutama kontarasepsi hormonal.
Berikut berbagai pilihan kontarsepsi hormonal dengan progesteron :
a)    Kontrasepsi oral : POP (progesterone only pill)
b)    Suntikan : 3 bulan (progesterone only)
c)    Mengontrol perdarahan anovulasi
e.  Efek progesteron pada payudara
        Progesteron mempersiapkan lobules dan alveoli pada payudara, menyebabkan sel alveoli untuk berproliferasi, memperluas, dan menjadi sekret secara alamiah. Walaupun, progesteron tidak menyebabkan aktivasi alveoli untuk menghasilkan ASI, mulailah terjadi pengeluaran air susu ibu karena rangsangan prolaktin dari kelenjar pituitary anterior. Progesteron juga menyebabkan payudara bertambah besar. Dari bertambah besarnya payudara akibat sekresi pada lobules dan alveoli payudara, tetapi hal ini juga hasil dari peningkatan cairan pada jaringan subkutaneus.

2.  Fungsi Hormon Esterogen
a.  Estrogen bertanggung jawab untuk perkembangan reproduksi wanita terutama selama masa pubertas.
b.  Estrogen bertanggung jawab untuk mempercepat pertumbuhan tubuh wanita dan kemudian berperan mengembangkan rahim, ovarium, dan sistem reproduksi lain sehingga tubuh siap untuk mendukung kehamilan.
c.   Estrogen juga berperan membantu perkembangan dan pembesaran payudara, meningkatkan timbunan lemak di lapisan subkutan, membantu perkembangan panggul, pertumbuhan rambut ketiak dan kemaluan, serta berbagai fungsi metabolik lainnya.
Fungsi Estrogen (hormon seks wanita) yang umumnya diproduksi oleh rahim yakni :
a.    Merangsang pertumbuhan organ seks anak perempuan, seperti halnya payudara dan rambut kelamin, dikenal sebagai karakteristik seks sekunder.
b.    Estrogen juga mengatur siklus menstruasi.
c.    Menjaga kondisi dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam memproduksi cairan yang melembabkan vagina.
d.    Mereka juga membantu untuk menjaga tekstur dan fungsi payudara wanita.
e.    Mencegah gejala menopause seperti hot flushes (rasa panas didaerah tubuh bagian atas dan gangguan mood)
f.     Mempertahankan fungsi otak.
g.    Mengatur pola distribusi lemak di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang  feminine
h.    Meningkatkan pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel jaringan (kulit, saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah).
i.      Estrogen juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan struktur normal kulit agar tetap lentur, menjaga kolagen kulit agar terpelihara dan kencang serta mampu  menahan air.
j.      Produksi sel pigmen kulit
k.    Pada pria, estrogen tidak memiliki fungsi yang diketahui. Namun, kadar yang terlalu tinggi dapat mengurangi selera seksual, menyebabkan kesulitan ereksi, pembesaran payudara dan kehilangan rambut tubuh pada beberapa pria.

3.  Fungsi Hormon Androgen
Fungsi androgen tergantung dari periode kehidupan laki - laki. Pada masa embrio (12 – 18 minggu) fungsinya ialah pembentukan fenotip laki – laki, pada masa neonatus (2 bulan) funsinya ialah penandaan susunan syaraf dalam hal tingkah laku dan fungsi seksual laki – laki, pada masa pubertas fungsinya ialah anak laki – laki menjadi dewasa, baik dalam pertumbuhan dan perkembangan tulang rangka otot maupun karakter seksnya.

  1. Mekanisme Kerja Hormon Progesteron, Estrogen dan Androgen
1.    Progesteron
a.    Mekanisme
1)    Menginduksi sintesis protein spesifik
2)    Reseptor intrasel
b.    Farmakokinetik
Dimetabolisme oleh hati menjadi glukoronida atau konjugata sulfat. Sebagian besar dosis awal cepat didegradasi oleh metabolisme lintasan pertama, sehingga progesterone tidak mencapai jaringan bila diberikan secara oral. Progestin sintetis sebaliknya tidak rentan terhadap metabolisme lintasan pertama sehingga dapat diberikan secara oral.
2.    Estrogen
Reseptor estrogen berupa protein telah ditemukan dijaringan target yaitu disaluran reproduksi wanita, kelenjar payudara, hipofisis dan hipotalamus. Estrogen terikat dengan reseptor protein disitoplasma, setelah mengalami modifikasi ditranlokasikan di inti sel dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini memacu sintesis Mrna dan protein, kemudian terjadi sintesis RNA dan protein lebih banyak dan terjadi stimulasis sintesis DNA.
3.    Androgen
Hormon ini cukup berpengaruh pada penampilan kulit dan pertumbuhan rambut, yaitu dengan menstimulasi akar rambut dan kelenjar sebum (kelenjar minyak) yang terletak di bagian atas akar rambut.
Kelenjar sebum menghasilkan sekresi lemak atau minyak yang berfungsi melumasi rambut dan kulit. Tetapi bila berlebihan minyak ini akanmemicu tumbunya akne atau jerawat, sehingga mengganggu keindahan penampilan kulit. Gangguan kelenjar sebum juga bisa mengakibatkan alopesiaandrogenika (kebotakan), terutama pada pria. Sebaliknya pada wanita, ketidakseimbangan hormon Androgen (hormonal imbalance) bisamenyebabkan hirsutisme di mana rambut tumbuh berlebihan di daerah-daerahyang tidak semestinya.
Aktivitas kelenjar sebum sangat dipengaruhi hormon androgen. Kerja kelenjar ini memuncak pada saat seseorang mencapai masa pubertas. Semakin tinggi tingkat kerjanya, semakin banyak pula sekresi yang dihasilkan kelenjar ini. Sekresi kelenjar sebum pada pria lebih tinggi secara signifikan ketimbang pada wanita. Tak heran kulit wajah pria tampak lebih berminyak dibanding wanita.
Meningkatkan perkembangan dan pemeliharaan organ seks pria, produksi sperma,, massa otot, libido dan ciri seks sekunder lain.

  1. Indikasi dan Kontra Indikasi Hormon Progesteron, Estrogen dan Androgen
1.    Progesteron
a.    Indikasi
1)    Kontrasepsi
Beberapa derivat progestin sering dikombinasi dengan derivat estrogen untuk kontrasepsi oral.
2)    Disfungsi perdarahan rahim
Perdarahan rahim akibat gangguan keseimbangan estrogen dan progesteron tanpa ada kelainan organik antara lain perdarahan rahim fungsional.
3)    Nyeri haid
Pemberian kombinasi estrogen dan progesteron diindikasikan pada nyeri haid yang tidak dapat diatasi oleh estrogen saja.
4)    Endometriosis
b.    Kontraindikasi
1)    Ganguan fungsi hati
2)    Payah jantung
3)    DM
4)    Asma
2.    Esterogen
a.     Indikasi 
1)    Kontrasepsi. Estrogen sintetik paling banyak digunakan untuk kontrasepsi oral dalam kombinasi dengan progestin.
2)    Menopause. Pada usia sekitar 45 tahun umumnya fungsi ovarium menurun. Terapi pengganti estrogen dapat mengatasi keluhan akibat gangguan vasomotor, antara lain hot flushes, vaginitis atropikans dan mencegah osteoporosis.
3)    Vaginitis Senilis atau Atropikans. Radang pada vagina ini sering berhubungan dengan adanya infeksi kronik pada jaringan yang mengalami atrofi. Dalam hal ini, estrogen lebih berperan untuk mencegah daripada mengobati.
4)    Osteoporosis. Keadaan ini terjadi karena bertambahnya resorpsi tulang disertai berkurangnya pembentukan tulang. Pemberian estrogen dapat mencegah osteoporosis berkelanjutan atau dapat pula diberikan estriol.
5)    Karsinoma Prostat. Karena estrogen menghambat sekresi androgen secara tidak langsung maka hormon ini digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma prostat.
b.    Kontraindikasi
1)    Kehamilan teratogenik
2)    Neoplasma yang tergantung estrogen
3)    Perdarahan pervaginam
4)    Kerusakan hati
5)    Kelainan tromboembolik
3.    Androgen
a.     Indikasi
Defisiensi androgen (defisit pertumbuhan, impotensi), pubertas terlambat pada pria, meringankan kanker payudara, pembengkakan dan nyeri payudara pasca persalinan, osteoposis, infertilitas.
b.    Kontraindikasi
Wanita –virilisme (hirsutisme), menstruasi yang tidak teratur. Pria-hiperplasia atau kanker prostate, ginekomastia (dosis tinggi pada penyakit hati), kebotakan berpola, penurunan jumlah sperma (umpan balik negatif). Kedua jenis kelamin – hiperkalsemia, koagulopati, retensi air dan natrium, hiperlipidemia, aterosklerosis, hepatitis kolestasis, kanker hati.

 BAB III
OBAT IMUNOLOGI
A.   Pengertian
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.

B.   Imunisasi Aktif
Imunisasi Aktif adalah tubuh anak dengan sendirinya membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun. Imunisasi aktif ada kerena pada tubuh manusia ada sistem imonologi, yang dengan sendirinya menjadi benteng pertahanan pada saat tubuh terinfeksi kuman tertentu secara aktif sistem imonologi akan melakukan tugasnya.

C.   Imunisasi Pasif
Imunisasi Pasif adalah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti, sianak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti atau anak tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan. (Markum, 2002)

D.   Jenis-jenis Vaksin
Sejak ditemukannya vaksin pada abad ke 18, maka tehnologi pembuatan vaksin dan ilmu pengetahuan tentang vaksin telah maju dengan sangat pesatnya dan hal positif yang kita lihat dan kita rasakan dari vaksin, adalah bahwa dunia kedokteran saat ini telah berhasil mengeliminasikan beberapa  jenis penyakit infeksi yang dahulu kala sangat mematikan, misalnya penyakit cacar air yang setiap kali terjadi wabah akan membawa korban meninggal yang cukup banyak, penyakit polio dibeberapa bagian dunia ini dan beberapa penyakit infeksi lain yang bisa diatasi dengan pemberian vaksin yang tepat dan vaksinasi.
Dengan kemajuan teknologi pembuatan vaksin, maka kita juga telah mengenal banyak jenis vaksin yang tersedia untuk berbagai macam penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan vaksin, saat ini telah tersedia sekitar 23 jenis vaksin, dan masih banyak vaksin baru lain yang sedang dalam proses penelitian dan pengembangan, misalnya vaksin HIV AIDs, vaksin demam berdarah dengue, vaksin malaria, vaksin TBC baru.
1.  Pada Anak
Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Wajib Pada Anak :
a.    BCG
1)    Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis
2)    Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
3)    Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan
4)    Waktu Pemberian : I. Umur / usia 2 bulan
b.    DPT/DT
1)    Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus (kaku rahang).
2)    Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus
3)    Waktu Pemberian :
I.Umur / usia 3 bulan
II.Umur / usia 4 bulan
III.Umur / usia 5 bulan
IV.Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V.Umur / usia 5 tahun
VI.Umur / usia 10 tahun
c.    Polio
Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang menyababkan nyeri otot, lumpuh dan kematian.
Waktu Pemberian :
I.Umur / usia 3 bulan
II.Umur / usia 4 bulan
III.Umur / usia 5 bulan
IV.Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V.Umur / usia 5 tahun
d.    Campak / Measles
1)    Perlindungan Penyakit : Campak / Tampek
2)    Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit, diare
3)    Waktu Pemberian :
I.Umur / usia 9 bulan atau lebih
II.Umur / usia 5-7 tahun
e.    Hepatitis B
1)    Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati mematikan
2)    Waktu Pemberian :
I.Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya
II.Tergantung situasi dan kondisi I
III.Tergantung situasi dan kondisi II
IV.Tergantung situasi dan kondisi III
Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Yang Dianjurkan Pada Anak :
a.    MMR
1)    Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman
2)    Waktu Pemberian :
I.Umur / usia 1 tahun 3 bulan
II.Umur / usia 4-6 tahun
b.    Hepatitis A
1)    Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)
2)    Penyebab : Virus hepatitis A
3)    Waktu Pemberian :
I.Tergantung situasi dan kondisi I
II.Tergantung situasi dan kondisi II
c.    Typhoid & parathypoid
1)    Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid
2)    Penyebab : Bakteri Salmonela thypi
3)    Waktu Pemberian :
I.Tergantung situasi dan kondisi
d.    Varisella (Cacar Air)
1)    Perlindungan Penyakit : Cacar Air
2)    Penyebab : Virus varicella-zoster
3)    Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1 kali dan di atas 13 tahun 2 kali dengan selang waktu 4 s/d 8 minggu.

2.  Orang Dewasa
Vaksin yang dibutuhkan orang dewasa antara lain untuk penyakit:
a.    Tetanus
Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh oleh bakteri Clostridium Tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot, rahang terkancing, gangguan bernapas, dan kematian. Bakterinya terdapat di debu, tanah, lalu masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terpotong, luka terbuka, dan luka terbakar. Macam vaksinnya adalah toksoid, diberikan dalam bentuk suntikan.
b.    Meningitis Meningokokus (Meningokok)
Penyakit radang selaput otak (Meningitis) disebabkan bakteri Neisseria Meningitidis (Meningokokus). Cara penularannya melalui udara, batuk, bersin dari orang yang telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan sekret pernapasan (minum dari gelas sama). Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, dan tidak enak badan. Penyakit ini lebih sering terdapat di Afrika dan agak jarang dijumpai di Indonesia.
c.    Tifoid
Lebih dikenal sebagai penyakit Typhus atau demam Tifoid. Penderita akan mengalami panas tubuh tinggi (di atas 40oC), sakit kepala, rasa lelah, dan hilang nafsu makan. Gejala lain, sakit pada perut, buang-buang air, mual, dan menggigil. Penyakit ini disebabkan infeksi bakteri Salmonella Typhi.
d.    Campak (Measles)
Penyakit yang disebabkan virus ini memiliki gejala demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil berwarna merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut. Saat penyakit memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40oC.
e.    Parotitis (Mumps) atau gondongan
Parotitis disebabkan virus yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita, gejalanya semakin hebat. Kebanyakan, orang menderita penyakit ini hanya sekali seumur hidup.
f.     Rubella (campak Jerman)
g.    Yellow Fever (demam kuning)
Penyakit ini disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes dan Haemagogus. Orang yang akan bepergian ke Afrika Selatan wajib menjalani vaksinasi penyakit ini. Serangan ringan demam kuning memberikan gejala mirip flu.
h.    Hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati yang disebabkan virus hepatitis B (VHB). Gejala penyakitnya diawali dengan timbulnya demam selama beberapa hari. Lalu timbul rasa mual, keletihan, dan tetap terasa letih meski telah beristirahat cukup. Urine (air seni) akan terlihat keruh seperti air teh. Bagian putih bola mata dan kuku akan terlihat berwarna kuning.
i.      Japanese B Enchephalitis
Penyakit ini disebabkan virus yang menimbulkan infeksi otak. Virus dibawa nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia). Vaksinasi diberikan melalui suntikan pada hari ke-0, 7, dan 28. Dilakukan vaksinasi booster setahun kemudian. Vaksinasi diulang setiap 3 tahun.
j.      Rabies
Penyakit infeksi otak ini disebabkan virus. Penularannya melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi virus rabies. Hewan yang mungkin menularkan rabies adalah anjing, kucing, kelelawar, monyet, dan lainnya. Vaksin diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0, 7, dan 28.
k.    Influenza
Penyakit yang disebabkan virus dari keluarga Orthomyxoviridae ini menimbulkan wabah berulang dengan aktivitas kuat serta kejadian infeksi dan kematian tinggi pada semua usia. Influenza merupakan penyakit berat bila diderita orang berusia lanjut (di atas 65 tahun) serta penderita dengan penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes mellitus (kencing manis).
l.      Rubella
penyakit yang disebabkan virus, mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam ini biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa lemas. Biasanya diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau dewasa. Bila infeksi terjadi pada wanita yang sedang hamil muda (tiga bulan pertama) dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi.

  1. IMMUNOSUPRESIVA
1.    Pengertian
Imunosupresi adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melawan infeksi dan penyakit.
Imunosupresi adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan reaksi pembentukan zat kebal tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid. Dengan adanya penurunn jumlah antibodi dalam tubuh, maka penyakit-penyakit akan lebih leluasa masuk dan menginfeksi bagian tubuh. Hal tersebut akan menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan dan produksi.
Imunosupresi adalah usaha untuk menekan respons imun, jadi berfungsi sebagai kontrol negatif atau regulasi reaktivitas imunologik. Dalam klinik kegunaannya adalah untuk mencegah reaksi penolakan pada transplantasi organ tubuh, dan menekan serta menghambat pembentukan antibodi pada penyakit autoimun. Imunosupresi dapat dilakukan dengan obat imunosupresan,atau tindakan operasi.
2.    Mekanisme imunosupresi
Pada mahkluk tingkat tinggi seperti manusia, terdapat dua sistem pertahanan (imunitas), yaitu imunitas nonsepesifik (innate immunity) dan imunitas spesifik ( adaptive imunity).
a.    Imunitas nonspesifik
Merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang meliputi komponen fisik berupa keutuhan kulit dan mukosa; komponen biokimiawi seperti asam lambung, lisozim, komploment ; dan komponen seluler nonspesifik seperti netrofil dan makrofag.. Selanjutnya benda asing akan dihancurkan dengan mekanisme inflamasi.
b.    Imunitas spesifik
Memiliki karakterisasi khusus antara lain kemampuannya untuk bereaksi secara spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan membedakan antigen asing dengan antigen sendiri (nonself terhadap self) ; dan kemampuan untuk bereaksi lebih cepat dan lebih efesien terhadap antigen yang sudah dikenal sebelumnya. Respon imun spesifik ini terdiri dari dua sistem imun , yaitu imunitas seluler dan imunitas humoral. Imunitas seluer melibatkan sel limposit T, sedangkan imunitas humoral melibatkan limposit B dan sel plasma yang berfungsi memproduksi antibodi.
Aktivitas sistem imun spesifik memerlukan partisipasi kelompok sel yang disebut sebagai antigen presenting sel. Prinsip umum penggunaan imunosupresan untuk mencapai hasil terapi yang optimal adalah sebagai berikut:
1)     Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan respon imun sekunder. Tahap awal respon primer mencakup: pengolahan antigen oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun. Tahap ini merupakan yang paling sensitif terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya, begitu terbentuk sel memori,
2)     Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu antigen berbeda dengan dosis untuk antigen lain.
3)     Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan sebelum paparan terhadap antigen.
                             Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun baru bisa dikenal setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif sulit di atasi. jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi.
                             Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari penelitian.
Contoh Imunosupresan : Metotrekstat, Azatioprin, Siklofosfamid intravena, Cyclophosphamid.
3.    Prinsip umum terapi imunosupresan
Prinsip umum penggunaan imunosupresan untuk mencapai hasil terapi yang optimal adalah sebagai berikut:
a.    Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan respon imun sekunder. Tahap awal respon primer mencakup: pengolahan antigen oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun. Tahap ini merupakan yang paling sensitif terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya, begitu terbentuk sel memori, maka efektifitas obat imunosupresan akan jauh berkurang.
b.    Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu antigen berbeda dengan dosis untuk antigen lain.
c.    Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan sebelum paparan terhadap antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun baru bisa dikenal setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif sulit di atasi.
4.    Penatalaksanaan Imunosupresi
Imunosupresan
a.  Imunosupresan yang biasa diberikan adalah kortikosteroid, azatioprin, dan siklosporin A.
b.  Kortikosteroid
Mekanisme kortikosteroid sebagai imunosupresan adalah melalui aktivitas anti peradangan, menghambat metabolisme asam arakidonat, menurunkan populasi leukosit, menimbulkan limfopenia terutama sel Th, dan dalam dosis tinggi menekan pengeluaran sitokin dari sel T.
c.   Azathioprine dan siklosporin A
Azatioprin adalah inhibitor mitosis, bekerja pada fase S, menghambat sintesis asam inosinat, prekursor purin, asam adenilat dan guanilat. Baik sel T maupun sel B akan terhambat proliferasinya oleh azatioprin. Azatioprin menghambat sintesis purin sel dan mengakibatkan hambatan penggandaan sel. Azatioprin berperan menekan fungsi sistem imun selular yaitu menurunkan jumlah monosit dan fungsi sel K. Pada dosis 1-5 mg/kg BB tidak berpengaruh pada sistem imun humoral. Dengan menurunkan fungsi sistem selular ini maka penerimaan transplan dipermudah dan timbul anergi.
Kerugiannya adalah meningkatnya kerentanan terhadap infeksi dan kecenderungan timbul keganasan. Siklosporin menghambat aktifasi sel T dengan menghambat transkripsi gen yang menyandi IL-2 dan IL-2R. Siklosporin A adalah suatu heksa-dekapeptida berasal dari jamur yang mempunyai khasiat menghambat proliferasi dan transformasi sel Th, menghambat sitotoksisitas sel Th, menghambat produksi limfokin sel Th, dan meningkatkan aktivitas sel Ts. Pada transplantasi organ, obat ini meningkatkan masa hidup transplan. Kerugiannya adalah meningkatnya kerentanan terhadap infeksi dan kejadian penyakit limfoproliferatif.
d.    Globulin antilimfosit
Globulin antilimfosit merupakan antibodi terhadap limfosit yang mempunyai aktivitas menghambat sel T dan sel B, serta menimbulkan limfositopenia.
e.    Radiasi
Radiasi sinar X terutama digunakan karena sifatnya sebagai sitosida pada sel neoplasma tertentu.
f.     Lactoferrin
Lactoferrin adalah kandungan air susu ibu, dapat menghambat komplemen dan produksi granulosit dan makrofag melalui pengendalian GM-CSA. Lysozyme, menghambat kemotaksis neutrofil dan pengeluaran oksigen radikal.
g.    1,25-dihydroxy-vitamin D3
Zat ini adalah suatu analog vitamin D yang bersifat sinergis dengan deksametason dalam menghambat Th-1 dalam produksi IFN-g. Hidrolisat kasein dengan Lactobacillus menghambat proliferasi limfosit in vitro.
h.    Linomide
Pada percobaan binatang menghambat ekspresi gen sitokin Th-1 yaitu IFN-g, IL-2 dan TNF-b.
i.      Rekombinan CD58 (rCD58)
Rekombinan CD58 menghambat aktivasi dan adhesi sel T, serta menghambat sitotoksisitas sel NK.
5.           Indikasi
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.
a.  Transplantasi organ
Penggunaannya.Immunosupresan banyak digunakan untuk mencegah reaksi penolakan pada transplantasi organ, karena tubuh membentuk antibodies terhadap sel-sel asing yang diterimanya. Guna mencegah penolakan transplantat selalu diberikan :
1)      Kortikisteroida
2)      Azatriopin, siklofosfanida, atau mycofenolat
3)      Siklosporin-A dan tacrolimus
4)      Limfositimunoglobulin (Limfoglobulin)
b.  Penyakit autoimun
Guna menekan aktivitas penyakit auto imun sering digunakan zat-zat imunosupresif. Misalnya, pada rematik dan penyakit radang usus (colitis ulcerosa, M. Crohn) diberikan sulfasalazin dan sitostatika (MTX, azatioprin).
c.   Pencegahan hemolisis rhesus pada neonates
6.           Penggunaan Imunosupresi
a.      Terapi Imunosupresi Pada Penderita Anemia Aplastik
b.      Terapi imunosupresi (IST) merupakan terapi alternatif utama pada pasien tanpa kesesuaian HLA. Kombinasi dengan antithymocyte globulin (ATG) atau anti-lymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin memberikan respon sekitar 75%. Keberhasilan jangka panjang terapi IST masih belum diketahui pasti. Meningkatnya risiko menjadi myelodysplastic syndrome (MDS) dan acute myeloid leukemia (AML) dapat ditemukan pada anak penderita anemia aplastik dengan terapi IST.
c.      Terapi Imunosupresi pada Transplanstasi Ginjal.
Pemeliharaan dengan terapi imunosupresif pada transplanstasi ginjal biasanya menggunakan tiga jenis obat, setiap obat bekerja pada tahapan yang berbeda dalam respon imun.
1)    Inhibitor calcineurin, cyclosporine dan tacrolimus, merupakan terapi utama imunosupresif. Inhibitor calcineurin merupakan agen oral yang paling poten dan telah secara luas dikembangkan untuk ketahanan singkat terhadap reaksi Graft. Efek samping dari cyclosporine termasuk hipertensi, hiperkalemi, tremor, hirsutisme, hipertropi gingival, hiperlipidemi, hiperurikemi, dan kehilangan fungsi renal secara perlahan dan progresif dengan karakteristik pola histopatologik (juga terlihat pada resipien transplantasi jantung dan hati). Efek samping tracolimus umumnya sama dengan cyclosporine, tetapi memiliki resiko lebih tinggi akan terjadinya hiperglikemi dan resiko lebih rendah terhadap hipertensi.
2)    Prednisone seringkali digunakan bersama dengan cyclosporine, setidaknya pada bulan-bulan pertama. Efek samping dari prednisone termasuk hipertensi, intoleransi glukosa, tampilan Cushingoid, osteoporosis, hiperlipidemi, jerawat, dan depresi dan gangguan mental lain.
3)    Mycophenolate mofetil telah terbukti lebih efektif dibandingkan dengan azathioprine pada terapi kombinasi dengan inhibitor calcineurin dan prednisone. Efek samping utama dari mycophenolate mofetil adalah gastrointestinal (yang paling sering adalah diare); leukopenia (dan kadang trombositopenia).
4)    Sironimus adalah agen imunosupresif terbaru yang sering digunakan dengan kombinasi bersama obat-obat lain, terutama saat inhibitor calcineurin tereduksi atau tereliminasi. Efek samping termasuk hiperlipidemi dan ulserasi oral.