Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Farmakologi
ini.
Dalam penyusunan tugas, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan hasil modul ini tidak lain
berkat bantuan dari dosen pembimbing, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dosen pembimbing yang telah memberi tugas, petunjuk kepada penulis sehingga
penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
Semoga hasil modul ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran,
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Amin.
Bantul,
November 2013
Penulis
Daftar
Isi
Kata Pengantar............................................................................................ і
Daftar Isi........................................................................................................ іі
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.
Latar Belakang.......................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................... 1
C.
Tujuan......................................................................................... 1
BAB II
HORMON PROGESTERON, ESTROGEN DAN ANDROGEN
A.
Pengertian................................................................................ 3
B.
Fungsi
Hormon......................................................................... 4
C.
Mekanisme
Kerja Hormon...................................................... 8
D.
Indikasi
dan Kontra Indikasi.................................................... 9
E.
Tanya
Jawab............................................................................ 12
BAB III OBAT IMUNOLOGI......................................................................... 15
A.
Pengertian............................................................................... 15
B.
Imunisasi
Aktif......................................................................... 15
C.
Imunisasi
Pasif........................................................................ 15
D.
Jenis-jenis
Vaksin................................................................... 15
E.
Immunosupresiva.................................................................... 21
F.
Tanya
Jawab........................................................................... 28
BAB IV
IMUNISASI ALA ELISABETH I’IN TANIA.................................... 31
A.
Pendapat................................................................................. 31
B.
Tujuan....................................................................................... 31
C.
Fakta
dan Pendapat Imunisasi.............................................. 31
BAB V
PENUTUP....................................................................................... 35
A.
Kesimpulan.............................................................................. 35
B.
Daftar
Pustaka........................................................................ 38
C.
Biografi..................................................................................... 39
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menghadapi masalah dengan
jumlah kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000/tahun. Untuk
dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan
pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing
mata uang. Bila gerakan keluarga berencana tidak dilakukan bersamaan dengan
pembangunan ekonomi dikhawatirkan hasil pembangunan tidak berarti.
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan
menerapkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi
pada zero population growth (pertumbuhan seimbang).
B. Rumusan Masalah
1. Apa
saja informasi tentang definisi, fungsi, mekasisme kerja, indikasi, dan kontra
indikasi hormon esterogen, progesteron, dan androgen.
2. Apa
saja informasi tentang imunologi yang mencakup imunisai aktif dan pasif, jenis
vaksin, dan immunosupresiva atau imunosupresi.
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Makalah ini dibuat sebagai bahan pelajaran dan sumber informasi
yang bisa di gunakan oleh semua orang dan bisa mengidentifikasi tentang hormon
esterogen, progesteron, dan androgen serta obat imunologi. Supaya kita sebagai pelajar maupun kaum
umum,bisa lebih mengerti betapa pentingnya hormone-hormon yang ada di tubuh
kita sendiri.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi hormon estrogen, progesteron, dan androgen.
b. Mengetahui fungsi dari
hormon estrogen, progsteron, dan
adrogen.
c. Mengetahui mekanisme kerja hormon estrogen, progesteron, dan Androgen dalam tubuh.
d. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi hormon estrogen,
progesteron dan adrogen.
e. Mengetahui definisi dari immunologi, imunisasi aktif dan pasif.
f. Mengetahui jenis-jenis vaksin.
g. Mengetahui Immunosupresiva atau Imunosupresi.
h. Mengetahui fakta imunisasi menurut agama
BAB
II
HORMON PROGESTERON, ESTEROGEN DAN
ANDOGREN
A. Pengertian
Hormon Progresteron adalah salah satu hormon yang disekresi oleh kelenjar
hipofisis anterior yang bertugas untuk mengatur fungsi kewanitaan.
Diantaranya adalah untuk mengatur siklus menstruasi dan persiapan rahim guna menerima
sel sperma untuk melakukan pembuahan. Progesteron tergolong kelompok
hormon progestogen dan merupakan hormon progestogen yang banyak terdapat secara
alami.
Hormon estrogen adalah hormon steroid seks dengan 18 atom C dan dibentuk
terutama dari 17-ketosteroid androstenedion. (Sarwono Prawirohardjo, ilmu kandungan).
Hormon estrogen
adalah hormon seks yang diproduksi oleh rahim untuk merangsang pertumbuhan
organ seks, seperti; payudara dan rambut pubik; mengatur siklus menstruasi.
Hormon Estrogen
merupakan hormon steroid kelamin karena memiliki struktur kimia berintikan
steroid dan secara fisiologik sebagian besar diproduksi oleh kelenjar endokrin
sistem reproduksi. Hormon ini dihasilkan oleh Folikel Graaf. Pembentukan
estrogen dirangsang oleh FSH.
Hormon Androgen, hormon androgenik atau testoid,
adalah istilah generik untuk senyawa alami atau sintetis. Androgen adalah hormon steroid
yang merangsang atau mengontrol perkembangan dan pemeliharaan karakteristik
laki-laki vertebrata dengan mengikat reseptor androgen yang juga merupakan
pendukung aktivitas organ seks pria dan pertumbuhan karakteristik seks sekunder
laki-laki.
Androgen
pertama kali ditemukan pada tahun 1936. Androgen juga merupakan steroid
anabolik asli serta pendahulu dari semua estrogen hormon seks perempuan.
Androgen yang utama dan paling terkenal adalah testosteron, androgen lain yang
kurang penting adalah dihidrotestosteron
dan androstenedione.
B. Fungsi
Hormon Progesteron, Esterogen dan Androgen
1. Fungsi Hormon Progesteron
a. Siklus haid
1) Mengatur
siklus menstruasi bersama dengan hormon estrogen dengan melalui feedback
mekanisme terhadap FSH dan LH. Sekresi secara bergantian hormon-hormon ini menentukan
siklus menstruasi.
2) Mempertebal
dinding endometrium untuk persiapan proses implantasi jika terjadi fertilisasi
antara ovum dan sperma.
b. Masa kehamilan
1) Ketersediaan
progesteron dalam jumlah yang cukup pada masa awal kehamilan sangat penting
peranannya, terutama dalam menghambat kontaraksi uterus. Hal ini dibutuhkan
sehubungan dengan usaha untuk mempertahankan janin muda yang baru berimplantasi
di uterus agar tidak terjadi kelahiran premature atau keguguran.
2) Menurunkan
gairah seksual selama kehamilan trimester I. Fungsi ini dibutuhkan untuk
mempertahankan kondisi janin karena keadaan janin yang masih rentan
terhadap benturan.
3) Membantu
mempersiapkan payudara untuk proses laktasi.
4) Meningkatkan
suhu tubuh dan respitasi rate, sebagai bentuk penyesuaian terhadap masa awal
kehamilan.
5) Mengentalkan
secret vagina, sebagai proteksi tambahan terhadap kemungkinan infeksi.
c. Efek progesteron pada uterus.
Fungsi dari
progesteron yang paling penting adalah : Menurunkan frekuensi dan intensitas
dari kontraksi uterus, dengan demikian dapat membantu untuk mencegah
ekspulsi dari hasil implantasi ovum.
Progesteron
juga meningkatkan sekresi pada lapisan mukosa pada tuba fallopi. Sekresi
ini adalah kebutuhan untuk nutrisi dari hasil fertilisasi, mempersiapkan
tuba fallopi sebelum implantasi. Menghambat produksi LH agar korpus luteum mengalami degenerasi saat
tidak terjadi fertilisasi.
d. Terapi
1) Penyakit
a) Trauma
kepala berat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh dr. David Wright dari Associate
professor of emergency medicine university of Emory Atlanta, progesteron
memiliki kemampuan untuk meningkatkan perkembangan normal neuron otak serta
memiliki efek protektif terhadap jaringan otak yang rusak. Sehingga progesteron
dapat menurunkan resiko kematian pada pasien trauma kepala. Hal ini
memungkinkan progeteron menjadi terapi lini pertama pada kasus trauma kepala.
b) Membantu
proses penyembuhan
Progesteron mampu membantu proses
penyembuhan terutama pada penderita Multiple Sclerosis. Progesteron
bekerja dengan mengatur fungsi kolagen saraf dan serabut myelin.
c) Mampu
menurunkan resiko terjadinya kanker rahim dan payudara.
Saat masa laktasi, kadar hormon
progesteron dalam tubuh meningkat, oleh karena itu wanita yang menyusui selama
paling sedikit 6 bulan berturut–turut serta wanita yang telah hamil beberapa
kali, akan mengurangi resiko terkena kanker payudara. Sedangkan pada rahim,
progesteron bekerja mencegah terjadinya kanker rahim dengan mengatur efek
paparan esterogen dalam rahim.
2) Reproduksi
Selain memiliki fungsi seperti yang telah
dipaparkan diatas progesteron juga dapat digunakan sebagai salah satu pilihan
dalam penggunaan kontrasepsi, terutama kontarasepsi hormonal.
Berikut berbagai pilihan kontarsepsi hormonal dengan
progesteron :
a) Kontrasepsi
oral : POP (progesterone only pill)
b) Suntikan : 3
bulan (progesterone only)
c) Mengontrol
perdarahan anovulasi
e. Efek progesteron pada payudara
Progesteron mempersiapkan lobules dan
alveoli pada payudara, menyebabkan sel alveoli untuk berproliferasi,
memperluas, dan menjadi sekret secara alamiah. Walaupun, progesteron tidak
menyebabkan aktivasi alveoli untuk menghasilkan ASI, mulailah terjadi
pengeluaran air susu ibu karena rangsangan prolaktin dari kelenjar pituitary
anterior. Progesteron juga menyebabkan payudara bertambah besar. Dari bertambah
besarnya payudara akibat sekresi pada lobules dan alveoli payudara, tetapi hal
ini juga hasil dari peningkatan cairan pada jaringan subkutaneus.
2. Fungsi Hormon Esterogen
a. Estrogen bertanggung jawab untuk
perkembangan reproduksi wanita terutama selama masa pubertas.
b. Estrogen bertanggung jawab untuk mempercepat
pertumbuhan tubuh wanita dan kemudian berperan mengembangkan rahim, ovarium,
dan sistem reproduksi lain sehingga tubuh siap untuk mendukung kehamilan.
c. Estrogen juga berperan membantu
perkembangan dan pembesaran payudara, meningkatkan timbunan lemak di lapisan
subkutan, membantu perkembangan panggul, pertumbuhan rambut ketiak dan
kemaluan, serta berbagai fungsi metabolik lainnya.
Fungsi
Estrogen (hormon seks wanita) yang umumnya diproduksi oleh rahim yakni :
a.
Merangsang
pertumbuhan organ seks anak perempuan, seperti halnya payudara dan rambut
kelamin, dikenal sebagai karakteristik seks sekunder.
b.
Estrogen juga mengatur siklus menstruasi.
c.
Menjaga
kondisi dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam memproduksi cairan yang
melembabkan vagina.
d.
Mereka
juga membantu untuk menjaga tekstur dan fungsi payudara wanita.
e.
Mencegah
gejala menopause seperti hot flushes (rasa panas didaerah tubuh bagian atas dan
gangguan mood)
f.
Mempertahankan
fungsi otak.
g.
Mengatur
pola distribusi lemak di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang
feminine
h.
Meningkatkan
pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel jaringan (kulit, saluran
kemih, vagina, dan pembuluh darah).
i.
Estrogen
juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan struktur normal
kulit agar tetap lentur, menjaga kolagen kulit agar terpelihara dan kencang
serta mampu menahan air.
j.
Produksi
sel pigmen kulit
k.
Pada
pria, estrogen tidak memiliki fungsi yang diketahui. Namun, kadar yang terlalu
tinggi dapat mengurangi selera seksual, menyebabkan kesulitan ereksi,
pembesaran payudara dan kehilangan rambut tubuh pada beberapa pria.
3. Fungsi Hormon Androgen
Fungsi androgen
tergantung dari periode kehidupan laki - laki. Pada masa embrio (12 – 18
minggu) fungsinya ialah pembentukan fenotip laki – laki, pada masa neonatus (2
bulan) funsinya ialah penandaan susunan syaraf dalam hal tingkah laku dan
fungsi seksual laki – laki, pada masa pubertas fungsinya ialah anak laki – laki
menjadi dewasa, baik dalam pertumbuhan dan perkembangan tulang rangka otot maupun
karakter seksnya.
- Mekanisme
Kerja Hormon Progesteron, Estrogen dan Androgen
1.
Progesteron
a.
Mekanisme
1)
Menginduksi
sintesis protein spesifik
2)
Reseptor
intrasel
b.
Farmakokinetik
Dimetabolisme oleh hati menjadi
glukoronida atau konjugata sulfat. Sebagian besar dosis awal cepat didegradasi
oleh metabolisme lintasan pertama, sehingga progesterone tidak mencapai
jaringan bila diberikan secara oral. Progestin sintetis sebaliknya tidak rentan
terhadap metabolisme lintasan pertama sehingga dapat diberikan secara oral.
2.
Estrogen
Reseptor estrogen berupa protein
telah ditemukan dijaringan target yaitu disaluran reproduksi wanita, kelenjar
payudara, hipofisis dan hipotalamus. Estrogen terikat dengan reseptor protein
disitoplasma, setelah mengalami modifikasi ditranlokasikan di inti sel dan
berikatan dengan kromatin. Ikatan ini memacu sintesis Mrna dan protein, kemudian
terjadi sintesis RNA dan protein lebih banyak dan terjadi stimulasis sintesis
DNA.
3.
Androgen
Hormon ini
cukup berpengaruh pada penampilan kulit dan pertumbuhan rambut, yaitu
dengan menstimulasi akar rambut dan kelenjar sebum (kelenjar minyak) yang
terletak di bagian atas akar rambut.
Kelenjar sebum
menghasilkan sekresi lemak atau minyak yang berfungsi melumasi rambut dan
kulit. Tetapi bila berlebihan minyak ini akanmemicu tumbunya akne atau jerawat,
sehingga mengganggu keindahan penampilan kulit. Gangguan kelenjar sebum
juga bisa mengakibatkan alopesiaandrogenika (kebotakan), terutama pada pria.
Sebaliknya pada wanita, ketidakseimbangan hormon Androgen (hormonal imbalance)
bisamenyebabkan hirsutisme di mana rambut tumbuh berlebihan di
daerah-daerahyang tidak semestinya.
Aktivitas
kelenjar sebum sangat dipengaruhi hormon androgen. Kerja kelenjar ini memuncak
pada saat seseorang mencapai masa pubertas. Semakin tinggi tingkat kerjanya,
semakin banyak pula sekresi yang dihasilkan kelenjar ini. Sekresi kelenjar
sebum pada pria lebih tinggi secara signifikan ketimbang pada wanita. Tak
heran kulit wajah pria tampak lebih berminyak dibanding wanita.
Meningkatkan perkembangan
dan pemeliharaan organ seks pria, produksi sperma,, massa otot, libido dan ciri
seks sekunder lain.
- Indikasi dan Kontra Indikasi Hormon Progesteron,
Estrogen dan Androgen
1.
Progesteron
a.
Indikasi
1)
Kontrasepsi
Beberapa derivat progestin sering
dikombinasi dengan derivat estrogen untuk kontrasepsi oral.
2)
Disfungsi
perdarahan rahim
Perdarahan rahim akibat gangguan
keseimbangan estrogen dan progesteron tanpa ada kelainan organik antara lain
perdarahan rahim fungsional.
3)
Nyeri
haid
Pemberian kombinasi estrogen dan
progesteron diindikasikan pada nyeri haid yang tidak dapat diatasi oleh
estrogen saja.
4)
Endometriosis
b.
Kontraindikasi
1)
Ganguan
fungsi hati
2)
Payah
jantung
3)
DM
4)
Asma
2.
Esterogen
a.
Indikasi
1)
Kontrasepsi. Estrogen sintetik paling banyak
digunakan untuk kontrasepsi oral dalam kombinasi dengan progestin.
2)
Menopause. Pada usia sekitar 45 tahun umumnya
fungsi ovarium menurun. Terapi pengganti estrogen dapat mengatasi keluhan
akibat gangguan vasomotor, antara lain hot flushes, vaginitis atropikans dan
mencegah osteoporosis.
3) Vaginitis Senilis atau Atropikans. Radang pada vagina ini sering
berhubungan dengan adanya infeksi kronik pada jaringan yang mengalami atrofi.
Dalam hal ini, estrogen lebih berperan untuk mencegah daripada mengobati.
4) Osteoporosis. Keadaan ini terjadi karena
bertambahnya resorpsi tulang disertai berkurangnya pembentukan tulang.
Pemberian estrogen dapat mencegah osteoporosis berkelanjutan atau dapat pula
diberikan estriol.
5) Karsinoma
Prostat.
Karena estrogen menghambat sekresi androgen secara tidak langsung maka hormon
ini digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma prostat.
b. Kontraindikasi
1) Kehamilan teratogenik
2) Neoplasma yang tergantung estrogen
3) Perdarahan pervaginam
4) Kerusakan hati
5) Kelainan tromboembolik
3.
Androgen
a.
Indikasi
Defisiensi androgen (defisit
pertumbuhan, impotensi), pubertas terlambat pada pria, meringankan kanker
payudara, pembengkakan dan nyeri payudara pasca persalinan, osteoposis,
infertilitas.
b.
Kontraindikasi
Wanita –virilisme (hirsutisme),
menstruasi yang tidak teratur. Pria-hiperplasia atau kanker prostate,
ginekomastia (dosis tinggi pada penyakit hati), kebotakan berpola, penurunan
jumlah sperma (umpan balik negatif). Kedua jenis kelamin – hiperkalsemia,
koagulopati, retensi air dan natrium, hiperlipidemia, aterosklerosis, hepatitis
kolestasis, kanker hati.
BAB
III
OBAT IMUNOLOGI
A. Pengertian
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua
aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari
peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit;
malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun,
hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft);
karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in
vitro,
in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai
penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa
subdisiplin.
B. Imunisasi
Aktif
Imunisasi Aktif
adalah tubuh anak dengan sendirinya membuat zat anti yang akan bertahan selama
bertahun-tahun. Imunisasi aktif ada kerena pada tubuh manusia ada sistem
imonologi, yang dengan sendirinya menjadi benteng pertahanan pada saat tubuh
terinfeksi kuman tertentu secara aktif sistem imonologi akan melakukan
tugasnya.
C. Imunisasi
Pasif
Imunisasi Pasif
adalah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti, sianak mendapatnya dari luar
tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti atau
anak tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan. (Markum,
2002)
D. Jenis-jenis
Vaksin
Sejak
ditemukannya vaksin pada abad ke 18, maka tehnologi pembuatan vaksin dan ilmu
pengetahuan tentang vaksin telah maju dengan sangat pesatnya dan hal positif
yang kita lihat dan kita rasakan dari vaksin, adalah bahwa dunia kedokteran
saat ini telah berhasil mengeliminasikan beberapa jenis penyakit infeksi
yang dahulu kala sangat mematikan, misalnya penyakit cacar air yang setiap kali
terjadi wabah akan membawa korban meninggal yang cukup banyak, penyakit polio
dibeberapa bagian dunia ini dan beberapa penyakit infeksi lain yang bisa
diatasi dengan pemberian vaksin yang tepat dan vaksinasi.
Dengan kemajuan
teknologi pembuatan vaksin, maka kita juga telah mengenal banyak jenis vaksin
yang tersedia untuk berbagai macam penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan
vaksin, saat ini telah tersedia sekitar 23 jenis vaksin, dan masih banyak
vaksin baru lain yang sedang dalam proses penelitian dan pengembangan, misalnya
vaksin HIV AIDs, vaksin demam berdarah dengue, vaksin malaria, vaksin TBC baru.
1. Pada Anak
Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Wajib Pada Anak :
a. BCG
1) Perlindungan Penyakit : TBC /
Tuberkolosis
2) Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette
Guerrin
3) Kandungan : Bacillus
Calmette-Guerrin yang dilemahkan
4) Waktu Pemberian : I. Umur / usia 2
bulan
b. DPT/DT
1) Perlindungan Penyakit : Difteri
(infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus (kaku rahang).
2) Penyebab : Bakteri difteri, pertusis
dan tetanus
3) Waktu Pemberian :
I.Umur / usia 3 bulan
II.Umur / usia 4 bulan
III.Umur / usia 5 bulan
IV.Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V.Umur / usia 5 tahun
VI.Umur / usia 10 tahun
c. Polio
Perlindungan Penyakit :
Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang menyababkan nyeri otot, lumpuh dan
kematian.
Waktu Pemberian :
I.Umur / usia 3 bulan
II.Umur / usia 4 bulan
III.Umur / usia 5 bulan
IV.Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V.Umur / usia 5 tahun
d. Campak / Measles
1) Perlindungan Penyakit : Campak /
Tampek
2) Efek samping yang mungkin : Demam,
ruam kulit, diare
3) Waktu Pemberian :
I.Umur / usia 9 bulan atau lebih
II.Umur / usia 5-7 tahun
e. Hepatitis B
1) Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati
/ Kanker Hati mematikan
2) Waktu Pemberian :
I.Ketika baru lahir atau tidak lama
setelahnya
II.Tergantung situasi dan kondisi I
III.Tergantung situasi dan kondisi
II
IV.Tergantung situasi dan kondisi
III
Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Yang
Dianjurkan Pada Anak :
a. MMR
1) Perlindungan Penyakit : Campak,
gondongan dan campak Jerman
2) Waktu Pemberian :
I.Umur / usia 1 tahun 3 bulan
II.Umur / usia 4-6 tahun
b. Hepatitis A
1) Perlindungan Penyakit : Hepatitis A
(Penyakit Hati)
2) Penyebab : Virus hepatitis A
3) Waktu Pemberian :
I.Tergantung situasi dan kondisi I
II.Tergantung situasi dan kondisi II
c. Typhoid & parathypoid
1) Perlindungan Penyakit : Demam
Typhoid
2) Penyebab : Bakteri Salmonela thypi
3) Waktu Pemberian :
I.Tergantung situasi dan kondisi
d. Varisella (Cacar Air)
1) Perlindungan Penyakit : Cacar Air
2) Penyebab : Virus varicella-zoster
3) Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1
kali dan di atas 13 tahun 2 kali dengan selang waktu 4 s/d 8 minggu.
2. Orang Dewasa
Vaksin yang dibutuhkan orang dewasa
antara lain untuk penyakit:
a. Tetanus
Tetanus
adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh oleh bakteri
Clostridium Tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot, rahang terkancing,
gangguan bernapas, dan kematian. Bakterinya terdapat di debu, tanah, lalu masuk
ke dalam tubuh manusia melalui luka terpotong, luka terbuka, dan luka terbakar.
Macam vaksinnya adalah toksoid, diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Meningitis Meningokokus (Meningokok)
Penyakit radang
selaput otak (Meningitis) disebabkan bakteri Neisseria Meningitidis
(Meningokokus). Cara penularannya melalui udara, batuk, bersin dari orang yang
telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan sekret pernapasan (minum dari
gelas sama). Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, dan tidak enak
badan. Penyakit ini lebih sering terdapat di Afrika dan agak jarang dijumpai di
Indonesia.
c. Tifoid
Lebih dikenal
sebagai penyakit Typhus atau demam Tifoid. Penderita akan mengalami panas tubuh
tinggi (di atas 40oC), sakit kepala, rasa lelah, dan hilang
nafsu makan. Gejala lain, sakit pada perut, buang-buang air, mual, dan
menggigil. Penyakit ini disebabkan infeksi bakteri Salmonella Typhi.
d. Campak (Measles)
Penyakit yang
disebabkan virus ini memiliki gejala demam, menggigil, serta hidung dan mata
berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil berwarna merah
pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut. Saat penyakit memuncak, suhu
tubuh bisa mencapai 40oC.
e. Parotitis (Mumps) atau gondongan
Parotitis
disebabkan virus yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita
anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita, gejalanya semakin
hebat. Kebanyakan, orang menderita penyakit ini hanya sekali seumur hidup.
f. Rubella (campak Jerman)
g. Yellow Fever (demam kuning)
Penyakit ini
disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes dan Haemagogus. Orang yang akan
bepergian ke Afrika Selatan wajib menjalani vaksinasi penyakit ini. Serangan
ringan demam kuning memberikan gejala mirip flu.
h. Hepatitis B
Vaksinasi
hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati yang disebabkan virus
hepatitis B (VHB). Gejala penyakitnya diawali dengan timbulnya demam selama
beberapa hari. Lalu timbul rasa mual, keletihan, dan tetap terasa letih meski
telah beristirahat cukup. Urine (air seni) akan terlihat keruh seperti air teh.
Bagian putih bola mata dan kuku akan terlihat berwarna kuning.
i. Japanese B Enchephalitis
Penyakit ini
disebabkan virus yang menimbulkan infeksi otak. Virus dibawa nyamuk Culex yang
hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia).
Vaksinasi diberikan melalui suntikan pada hari ke-0, 7, dan 28. Dilakukan
vaksinasi booster setahun kemudian. Vaksinasi diulang setiap 3 tahun.
j. Rabies
Penyakit
infeksi otak ini disebabkan virus. Penularannya melalui gigitan atau cakaran
hewan yang terinfeksi virus rabies. Hewan yang mungkin menularkan rabies adalah
anjing, kucing, kelelawar, monyet, dan lainnya. Vaksin diberikan melalui
suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0, 7, dan 28.
k. Influenza
Penyakit yang
disebabkan virus dari keluarga Orthomyxoviridae ini menimbulkan wabah berulang
dengan aktivitas kuat serta kejadian infeksi dan kematian tinggi pada semua
usia. Influenza merupakan penyakit berat bila diderita orang berusia lanjut (di
atas 65 tahun) serta penderita dengan penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes
mellitus (kencing manis).
l. Rubella
penyakit yang
disebabkan virus, mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang
selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam ini biasanya hilang dalam waktu
2-3 hari. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa lemas.
Biasanya diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau dewasa. Bila
infeksi terjadi pada wanita yang sedang hamil muda (tiga bulan pertama) dapat
mempengaruhi pertumbuhan bayi.
- IMMUNOSUPRESIVA
1.
Pengertian
Imunosupresi adalah melemahnya sistem
kekebalan tubuh yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melawan infeksi dan
penyakit.
Imunosupresi adalah suatu kondisi dimana
terjadi penurunan reaksi pembentukan zat kebal tubuh atau antibodi akibat
kerusakan organ limfoid. Dengan adanya penurunn jumlah antibodi dalam tubuh,
maka penyakit-penyakit akan lebih leluasa masuk dan menginfeksi bagian tubuh.
Hal tersebut akan menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan dan produksi.
Imunosupresi adalah usaha untuk menekan
respons imun, jadi berfungsi sebagai kontrol negatif atau regulasi reaktivitas
imunologik. Dalam klinik kegunaannya adalah untuk mencegah reaksi penolakan
pada transplantasi organ tubuh, dan menekan serta menghambat pembentukan
antibodi pada penyakit autoimun. Imunosupresi dapat dilakukan dengan obat
imunosupresan,atau tindakan operasi.
2. Mekanisme imunosupresi
Pada mahkluk tingkat tinggi seperti manusia, terdapat dua sistem
pertahanan (imunitas), yaitu imunitas nonsepesifik (innate immunity) dan
imunitas spesifik ( adaptive imunity).
a. Imunitas nonspesifik
Merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang meliputi komponen
fisik berupa keutuhan kulit dan mukosa; komponen biokimiawi seperti asam
lambung, lisozim, komploment ; dan komponen seluler nonspesifik seperti
netrofil dan makrofag.. Selanjutnya benda asing akan dihancurkan dengan
mekanisme inflamasi.
b. Imunitas spesifik
Memiliki karakterisasi khusus antara lain
kemampuannya untuk bereaksi secara spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan
membedakan antigen asing dengan antigen sendiri (nonself terhadap self) ; dan
kemampuan untuk bereaksi lebih cepat dan lebih efesien terhadap antigen yang
sudah dikenal sebelumnya. Respon imun spesifik ini terdiri dari dua sistem imun
, yaitu imunitas seluler dan imunitas humoral. Imunitas seluer melibatkan sel
limposit T, sedangkan imunitas humoral melibatkan limposit B dan sel plasma
yang berfungsi memproduksi antibodi.
Aktivitas sistem imun spesifik memerlukan
partisipasi kelompok sel yang disebut sebagai antigen presenting sel. Prinsip
umum penggunaan imunosupresan untuk mencapai hasil terapi yang optimal adalah
sebagai berikut:
1)
Respon imun
primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan respon imun
sekunder. Tahap awal respon primer mencakup: pengolahan antigen oleh APC,
sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun. Tahap ini
merupakan yang paling sensitif terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya, begitu
terbentuk sel memori,
2)
Obat
imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda. Dosis
yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu antigen berbeda dengan
dosis untuk antigen lain.
3)
Penghambatan
respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan sebelum paparan
terhadap antigen.
Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun
baru bisa dikenal setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif sulit di
atasi. jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga
berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit
defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya,
menyebabkan munculnya infeksi.
Defisiensi
imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined
immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti
sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV.
Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus
tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan
dan penyakit adalah bagian dari penelitian.
Contoh
Imunosupresan : Metotrekstat, Azatioprin, Siklofosfamid intravena,
Cyclophosphamid.
3. Prinsip umum terapi imunosupresan
Prinsip umum
penggunaan imunosupresan untuk mencapai hasil terapi yang optimal adalah
sebagai berikut:
a. Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan
dibandingkan dengan respon imun sekunder. Tahap awal respon primer mencakup:
pengolahan antigen oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi
sel-sel imun. Tahap ini merupakan yang paling sensitif terhadap obat
imunosupresan. Sebaliknya, begitu terbentuk sel memori, maka efektifitas obat
imunosupresan akan jauh berkurang.
b. Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen
yang berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu
antigen berbeda dengan dosis untuk antigen lain.
c. Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan
diberikan sebelum paparan terhadap antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit
autoimun baru bisa dikenal setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif
sulit di atasi.
4.
Penatalaksanaan Imunosupresi
Imunosupresan
a. Imunosupresan yang biasa diberikan adalah kortikosteroid,
azatioprin, dan siklosporin A.
b. Kortikosteroid
Mekanisme kortikosteroid sebagai
imunosupresan adalah melalui aktivitas anti peradangan, menghambat metabolisme
asam arakidonat, menurunkan populasi leukosit, menimbulkan limfopenia terutama
sel Th, dan dalam dosis tinggi menekan pengeluaran sitokin dari sel T.
c. Azathioprine dan siklosporin A
Azatioprin adalah inhibitor mitosis, bekerja
pada fase S, menghambat sintesis asam inosinat, prekursor purin, asam adenilat
dan guanilat. Baik sel T maupun sel B akan terhambat proliferasinya oleh
azatioprin. Azatioprin menghambat sintesis purin sel dan mengakibatkan hambatan
penggandaan sel. Azatioprin berperan menekan fungsi sistem imun selular yaitu
menurunkan jumlah monosit dan fungsi sel K. Pada dosis 1-5 mg/kg BB tidak
berpengaruh pada sistem imun humoral. Dengan menurunkan fungsi sistem selular
ini maka penerimaan transplan dipermudah dan timbul anergi.
Kerugiannya adalah meningkatnya kerentanan
terhadap infeksi dan kecenderungan timbul keganasan. Siklosporin menghambat
aktifasi sel T dengan menghambat transkripsi gen yang menyandi IL-2 dan IL-2R.
Siklosporin A adalah suatu heksa-dekapeptida berasal dari jamur yang mempunyai
khasiat menghambat proliferasi dan transformasi sel Th, menghambat
sitotoksisitas sel Th, menghambat produksi limfokin sel Th, dan meningkatkan
aktivitas sel Ts. Pada transplantasi organ, obat ini meningkatkan masa hidup
transplan. Kerugiannya adalah meningkatnya kerentanan terhadap infeksi dan
kejadian penyakit limfoproliferatif.
d.
Globulin antilimfosit
Globulin antilimfosit merupakan antibodi terhadap limfosit yang
mempunyai aktivitas menghambat sel T dan sel B, serta menimbulkan
limfositopenia.
e.
Radiasi
Radiasi sinar X terutama digunakan karena sifatnya sebagai
sitosida pada sel neoplasma tertentu.
f.
Lactoferrin
Lactoferrin adalah kandungan air susu ibu, dapat menghambat
komplemen dan produksi granulosit dan makrofag melalui pengendalian GM-CSA. Lysozyme,
menghambat kemotaksis neutrofil dan pengeluaran oksigen radikal.
g.
1,25-dihydroxy-vitamin D3
Zat ini adalah suatu analog vitamin D yang bersifat sinergis
dengan deksametason dalam menghambat Th-1 dalam produksi IFN-g. Hidrolisat
kasein dengan Lactobacillus menghambat proliferasi limfosit in vitro.
h.
Linomide
Pada percobaan binatang menghambat ekspresi gen sitokin Th-1 yaitu
IFN-g, IL-2 dan TNF-b.
i.
Rekombinan CD58 (rCD58)
Rekombinan CD58 menghambat aktivasi dan adhesi sel T, serta
menghambat sitotoksisitas sel NK.
5.
Indikasi
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi
utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis
Rhesus pada neonatus.
a.
Transplantasi
organ
Penggunaannya.Immunosupresan banyak digunakan untuk mencegah
reaksi penolakan pada transplantasi organ, karena tubuh membentuk antibodies
terhadap sel-sel asing yang diterimanya. Guna mencegah penolakan transplantat
selalu diberikan :
1)
Kortikisteroida
2)
Azatriopin,
siklofosfanida, atau mycofenolat
3)
Siklosporin-A
dan tacrolimus
4)
Limfositimunoglobulin
(Limfoglobulin)
b.
Penyakit autoimun
Guna menekan
aktivitas penyakit auto imun sering digunakan zat-zat imunosupresif. Misalnya,
pada rematik dan penyakit radang usus (colitis ulcerosa, M. Crohn) diberikan
sulfasalazin dan sitostatika (MTX, azatioprin).
c. Pencegahan hemolisis rhesus pada neonates
6.
Penggunaan
Imunosupresi
a. Terapi Imunosupresi Pada Penderita Anemia Aplastik
b. Terapi imunosupresi (IST) merupakan terapi alternatif utama pada
pasien tanpa kesesuaian HLA. Kombinasi dengan antithymocyte globulin (ATG) atau
anti-lymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin memberikan respon sekitar 75%.
Keberhasilan jangka panjang terapi IST masih belum diketahui pasti.
Meningkatnya risiko menjadi myelodysplastic syndrome (MDS) dan acute myeloid
leukemia (AML) dapat ditemukan pada anak penderita anemia aplastik dengan
terapi IST.
c. Terapi Imunosupresi pada Transplanstasi Ginjal.
Pemeliharaan dengan terapi imunosupresif pada transplanstasi
ginjal biasanya menggunakan tiga jenis obat, setiap obat bekerja pada tahapan
yang berbeda dalam respon imun.
1) Inhibitor calcineurin, cyclosporine dan tacrolimus, merupakan
terapi utama imunosupresif. Inhibitor calcineurin merupakan agen oral yang
paling poten dan telah secara luas dikembangkan untuk ketahanan singkat
terhadap reaksi Graft. Efek samping dari cyclosporine termasuk hipertensi,
hiperkalemi, tremor, hirsutisme, hipertropi gingival, hiperlipidemi,
hiperurikemi, dan kehilangan fungsi renal secara perlahan dan progresif dengan
karakteristik pola histopatologik (juga terlihat pada resipien transplantasi
jantung dan hati). Efek samping tracolimus umumnya sama dengan cyclosporine,
tetapi memiliki resiko lebih tinggi akan terjadinya hiperglikemi dan resiko
lebih rendah terhadap hipertensi.
2) Prednisone seringkali digunakan bersama dengan cyclosporine,
setidaknya pada bulan-bulan pertama. Efek samping dari prednisone termasuk
hipertensi, intoleransi glukosa, tampilan Cushingoid, osteoporosis,
hiperlipidemi, jerawat, dan depresi dan gangguan mental lain.
3) Mycophenolate mofetil telah terbukti lebih efektif dibandingkan
dengan azathioprine pada terapi kombinasi dengan inhibitor calcineurin dan
prednisone. Efek samping utama dari mycophenolate mofetil adalah
gastrointestinal (yang paling sering adalah diare); leukopenia (dan kadang trombositopenia).
4) Sironimus adalah agen imunosupresif terbaru yang sering digunakan
dengan kombinasi bersama obat-obat lain, terutama saat inhibitor calcineurin
tereduksi atau tereliminasi. Efek samping termasuk hiperlipidemi dan ulserasi
oral.